Sepucuk Surat untuk Seorang Lelaki Usmani (B'day Diary)


9/9/2017
Kutulis surat ini untukmu, wahai lelaki usmani, untuk ragamu yang telah pergi, demikian jauh tak teraih, dan hanya kembali dalam manisnya mimpi-mimpi.

Hari ini usiaku menginjak 17 tahun, dapatkah kau bayangkan bagaimana diriku saat ini? ah tidak, kau mungkin dapat melihatku dari tempatmu sekarang ini.

Wahai lelaki usmani, hidupku demikian menakjubkan, penuh dengan desain holistik tak terjamah logika. Sejak kepergianmu beberapa tahun yang lalu, ada begitu banyak yang berubah, yang datang dan berlalu, menelisik, menyergap, merengkuh.

Aku belajar banyak hal, mengalami banyak pengalaman, satu per satu tak terelakkan. Betapa rumit desain mozaic hidup ini. Aku kadang tak mengerti, kita datang dan akhirnya pergi, bersua dan berpisah, melepaskan dan dilepaskan, meninggalkan dan ditinggalkan.

Semasa kau masih memijak dunia, pernahkah memikirkan hal yang sama? . "Segalanya sementara", kau benar. Manusia, kondisi, waktu, bukankah semua 'kan berlalu?. Mengalir bak sungai kehidupan. Maka jangan terlalu menaruh harapan, jangan menggenggam sesuatu demikian erat.

Mengalirlah bersama arus, jalani segalanya dengan kekuatan dan keikhlasan, dan kedua hal ajaib itu sementara kukumpulkan serpihan demi serpihan.

Wahai lelaki usmani, begitu banyak yang hendak kukatakan. Apa dirimu bahkan tahu? Betapa aku merindu, kepada banyak hal yang tak seharusnya dirindu, rindu kepada pelajaran Bahasa Turki, kepada diskusi demi diskusi, kepada segala hal tentangmu.

Aku bersyukur dapat hidup dan mengenalmu, terima kasih atas pelajaran dan pengalaman, atas kenangan dan rasa yang kita pernah berbagi kisah padanya. Terima kasih telah hadir di antara milyaran insan yang ada. Terima kasih telah menemui seorang Fiyah. Terima kasih atas segalanya, terima kasih pernah hadir disini, menjadi fragmen terindah dalam memori.

Wahai lelaki usmani, dapatkah aku kuat menahan segalanya? dapatkah setegar dirimu? kadang aku meragu, terlalu takut dan rapuh.

Namun apakah kau tahu? aku berharap dapat hidup lebih lama lagi, menunaikan azzam demi azzam darimu yang kini menjadi azzamku, cita-cita yang sama-sama kita ragkai pada bumi-Nya yang luas ini. Agar impian muliamu tak lekang, tak terkubur dengan jasadmu, tak terjamah waktu.
.
Wahai lelaki usmani, berbahagialah disana, di tempat yang tak kujangkau dengan mata, berbahagialah! semerbaklah bersama seribu syuhadah, tuailah janji-Nya. Aku disini, yang masih menapak bumi-Nya, 'kan selalu mengingatmu, mendoakan, dan mengenangmu. Aku terlalu lemah menjadi hurrun 'in mu, maafkan aku untuk itu. Sampai bertemu, sampai bertemu di Jannah-Nya, Inshaa Allah.
seni çok özledim.

Komentar

Postingan Populer